Sabtu, 24 November 2012

Pertemuan pertama,
TEKNIS DASAR MENULIS

Menulis adalah proses menuangkan pemikiran, artinya apapun yang Anda pikirkan dapat Anda tuliskan. Maka mulailah menulis dari apa yang Anda sukai, karena yang Anda perlukan untuk menulis hanya duduk dan menggerakkan tangan untuk merangkai kata.

Masalah dalam menulis

1.   Sulit mengawali tulisan?
Tes paling sederhana: “Tulis apa saja yang Anda pikirkan selama 2 menit, tanpa dikoreksi dan jangan berhenti! Tulis semua yang melintas dalam pikiran, jangan dkritisi dan dipikirkan terlbih dahulu, tuliskan semuanya! Mulai!”

Setelah dua menit menulis tanpa henti, lihatlah kembali tulisan Anda. Apa yang didapat? Ya, sebuah tulisan! Ternyata Anda bisa menulis.. Meskipun tidak begitu baik hasilnya, tetapi bayangkan 10 tahun kemudian, apakah Anda tahu apa yang Anda pikirkan saat ini? Tidak! Hanya melalui tulisan itu Anda mengerti apa yang pernah Anda pikirkan.

Hal itu juga menjadi fakta bahwa menulis adalah aktivitas yang mudah dilakukan, menyenangkan, dan sangat berarti bagi kita di masa yang akan datang. Anda tak akan pernah tahu betapa berartinya apa yang Anda pikirkan saat ini di masa yang akan datang. Maka mulailah menulis!

2.   Mentok di Tengah-tengah
Penyakit penulis –tidak saja pemula, tetapi juga profesional writter— adalah proses menulis yang tiba-tiba stuck atau buntu di tengah-tengah. Misal, Anda sedang membuat sebuah cerpen atau novel, tiba-tiba ceritanya buntu atau kalimatnya mentok dan sulit untuk dilanjutkan.

Ada tips sederhana untuk menghadapi masalah ini, yaitu: “Lanjutkan dengan Kata Sambung!”
Misal cuplikan cerpen:

“Brakkk!!!” Ali tiba-tiba menggebrak meja saat aku dan Sinta asyik becanda di tengah-tengah rapat yang makin larut. Aku terkejut, begitu juga Sinta dan lima rekanku yang lain yang duduk dihadapanku. Mereka sedari awal memang tampak tak bersemangat mengikuti rapat ini. ----Mentok.!!!

[lanjutkan dengan kata sambung, seperti: Kemudian, Lalu, Tetapi, Olehkarena itu, Dan, Atau, Meskipun, Saat, dsb.]

Kemudian, dengan mimik wajah yang kesal Ali melempar spidol hitam yang sedari tadi dipegangnya untuk menulis di white board, ke hadapan kami. ---stop, mentok lagi!!

Dan tanpa sepatah katapun, pria berambut ikal yang kami kenal tak suka marah itu pergi keluar ruangan meninggalkan kami dalam kebingungan,”

Nah, dengan kata sambung maka Anda tak akan lagi menghadapi kebuntuan dalam merangkai cerita. Begitu juga saat menulis opini, essai, artikel, puisi, resensi, bahkan tulisan ilmiah sekalipun. Kata kuncinya: Gunakan Kata Sambung!

Beberapa penyakit menulis yang kadang sulit dihindari:

a.   Kebiasaan membaca ulang naskah tulisan padahal baru satu paragraf, atau bahkan kebiasaan mengeditnya padahal belum selesai. Saran: Lanjutkan menulis sampai selesai, baru kemudian diedit. Jangan sedikit-dikit dibaca, dikoreksi, dan diedit kalimatnya. Let it flow, nikmati tulisanmu.

b.   Penggunaan bahasa yang tidak konsisten. Misal, semula menggunakan kata ‘Aku’, tiba-tiba berganti jadi ‘Saya’, atau Gue, bahkan mungkin dicampur adukkan. Nah, ini perlu diperhatikan karena berkaitan dengan kenyamanan pembaca untuk melanjutkan ceritamu atau tidak.

c.   Terjebak pada diksi (pemilihan kata). Seolah ingin tampak serius atau terlihat pintar, jadi cerita atau naskah dalam tulisan yang Anda buat terjebak dengan kata-kata ilmiah yang terlihat ingin keren padahal tidak nyambung. Misal: Sinergi, alienasi, paradigma dan sebagainya. Saran: Gunakan saja bahasa yang sederhana dan mengalir, sesuaikan dengan tujuan, gaya bahasa dan kenyamanamu membuat tulisan.

Beberapa saran bagi penulis pemula:
a.     Banyak membaca (ini modal utama untuk memperkaya istilah, diksi dan belajar dari gaya tulisan orang lain).
b.     Menulislah untuk catatan harian! Biasakan menuliskan setiap peristiwa penting dan tidak penitng yang Anda alami.
c.     Buatlah sebuah blog dan publikasikan setiap tulisanmu!
d.     Ikuti lomba-lomba menulis
e.     Aktif dengan Internet; Blogging, twitter, facebook, media online, dsb.

Selamat menulis! =) 



Sabtu, 10 November 2012



Akan Bagaimana..
Oleh: Fayruz Asy Syaathirii

Jika Muhammad datang menemuimu
Mengetuk pintu rumahmu saat lelap tidurmu
Mengucapkan salam dengan lembut dan merdu
Akankah kau membiarkannya
Mengulangi salam hingga tiga kali, lalu pergi?

Jika akhirnya kau membukakan pintu
Menjawab salam sekedarnya
Membuka pintu sebelum Ia pergi
Akankah kau menyambutnya dengan suka cita?
Atau kau langsung bertanya ‘ada apa?’
Sebelum mempersilahkan duduk dengan hormat?

Jika Muhammad berkunjung ke rumahmu
Akankah mengganti bajumu
Dengan baju terbaik yang kau punya

Jika benar ia datang ke rumah mungilmu
Akankah kau semprotkan wewangian
Di semua sudut rumahmu
Agar beliau kerasan?

Ini jika, Nabi Muhammad duduk di rumahmu
Di atas kursimu yang bolong-bolong
Akankah kau menggantinya
Dengan kursi terbaikmu?
Ini jika, Nabi Muhammad benar-benar datang
Dan meminta ijin menginap semalam
Di rumah sederhanamu
Akankah kau siapkan alas tidur terbaikmu untuknya
Dan kau tidur di kursi di ruang tamu?
Akan bagaimana, kawan?

Atau bagaimana
Jika setidaknya Muhammad hadir di mimpimu?
Akan bagaimana, kawan?



SOW Goes to Tangkuban Perabu
Oleh: Fikriyah

Kunjugan Literasi menjadi salah satu program andalan School of Writer (SOW) sejak angkatan pertama. Setelah SOW I berhasil melakukan kunjungan ke Rumah Dunia dan Banten Lama tahun 2011, tahun ini SOW II berhasil mengunjungi Kota Bandung, dengan tujuan Tangkuban Perahu dan Saung Angklung Udjo. Agenda ini dilaksanakan pada 19 Januari 2012 lalu, setelah masa berakhirnya kegiatan pelatihan School of Writer II.

Tangkuban perahu, seperti yang kita tahu menjadi salah satu tempat wisata paling diminati bukan saja oleh wisatawan dalam negeri, tapi juga para turis atau pelancong asal luar. Tangkuban perahu sangat terkenal dengan panorama kawah di atas gunung yang terus mengeluarkan uap dan kabut putih. Pemandangan ini dapat menghiptonis siapa saja yang datang tua maupun muda.

Untuk memasuki lokasi kawah tangkuban perahu, pengunjung harus menaiki sebuah minibus dengan tiker seharga Rp. 5.000. Perjalanan menuju kawah dari bawah gunung hanya sekitar 5-10 menit. Tiba di puncak kawah, pengunjung langsung disuguhi suasan kawan pergunungan dengan hawanya yang sangat dingin. Kawah di tangkuban perahu seluruhnya dipagari oleh pagar kayu.




Tidak saja disuguhi pemandangan kawah yang menakjubkan, pemandangan sekitar juga sangat eksotis dan menarik untuk dinikmati dan diabadikan dalam kamera. Selain itu, di lokasi Tangkuban Perahu, banyak para pedagang yang menyediakan buah stawberry dalam kemasan, mungkin untuk menambah kesan pegunungan atau bisa juga simbol alam yang indah. Di puncak kawah juga, cinderamata dijajaka sebagai buah tangan yang tak boleh dilewatkan oleh para pengunjung.

Tempat wisata yang terkenal dengan asal usulnya yang melegenda ini,  memang terkesan tidak akan membuat bosan. Maka bukan sesuatu yang asing lagi menjadikan tangkuban perahu sebagai salahsatu lokasi tujuan wisata untuk me-refresh diri dan berliterasi budaya.


RESENSI

Judul buku     : Bisnis Orang Sakit
Penulis          : Dedi Supratman dan Eko Prasetyo
Penerbit        : Resist Book
Tebal            : 164 halaman, i-xi,
Cetakan        : I, Maret 2010



 Oleh:  Fayruz Asy Syaathirii

“... Biasanya rumah sakit punya prosedur tetap: Identitas untuk menjamin. Tak bisa rumah sakit dengan longgar membiarkan orang miskin sakit, lalu dirawat, lalu diobati dan kemudian dibiarkan pulang. Orang miskin sakit pantas untuk dicurigai. Bukan curiga apa penyakitnya melainkan bagaimana mereka akan membayar pengobatannya!”

Dedi dan Eko kali ini hadir dengan bahasa yang ‘pedas’. Setelah buku Orang Miskin Dilarang Sakit, kini hadir buku yang (masih) mengkritisi pemerintah soal kebijakan kesehatan yang memberatkan rakyat miskin. Buku ini menghadirkan fakta-fakta buram kebijakan anggaran kesehatan di Indonesia, analisis formulasi kebijakan anggaran kesehatan, dan di akhir buku ini juga dibahas stategi peningkatan anggaran kesehatan. Bagi negara Kuba, kesehatan berbasih atas pemuliaan martabat, kesehatan adalah kehormatan dan harga diri bangsa. Miris! Di Indonesia, kesehatan adalah ladang bisnis dan orang sakit sebagai komoditasnya.
Ongkos untuk mengobati pasien miskin musti dianalisis dengan detail, rinci dan dipastikan mereka mampu membayar. Untuk urusan pendaftaran saja orang miskin punya lorong loket sendiri. Entah itu namanya jaminan kesehatan yang miskin atau asuransi kesehatan. Dan sialnya lorong itu pasti punya budaya yang sama: Lama, berbelit-belit dan makan kesabaran. Tapi orang miskin tak boleh mengeluh. Kesehatan memang berbiaya mahal. Ongkos untuk menjadi dokter sudah mahal dan begitu juga ongkos untuk melahirkan satu perawat. Maka tak ada orang miskin yang merasa damai di rumah sakit. Jika tak percaya saksikan bagaimana paras orang-orang di kelas ekonomi: cemas, sumpek dan khawatir. Antara kesembuhan dan biaya semuanya tumpang tindih!”

Buku ini menceritakan bobroknya pemerintah dalam mengurus kesehatan rakyat. Rakyat yang konon katanya menggenggam kedaulatan bangsa. Rakyat miskin yang harusnya menjadi tanggungan bangsa untuk keberlangsungan hidupnya. semua menjadi semakin mengiris hati bahwa kenyataannya kepedihan hidup rakyat miskin akibat permasalahan kesehatan yang dialaminya dijadikan sebuah ladang mengeruk penghasilan.

Buku ini adalah buku yang padat data, menampilkan banyak sekali data, mulai dari fakta di pemerintahan hingga sebuah penelitian mengenai kepuasan pelayanan kesehatan yang penulis lakukan sendiri.hanya saja bahasanya yang sangat lugas dan cenderung provokatif membuat buku ini pasti menimbulkan meningkatnya tekkanan darah pembaca yang aktif di beberapa bidang kesehatan.

Dengan mengetahui sejarah kesehatan Indonesia yang terdapat dalam buku ini, diharapkan para pembaca mampu mengkritisi pemerintah dalam kebijakan kesehatan. Menjadi masyarakat yang aktif membela haknya, tidak menjadi rakyat yang dicucuk hidungnya seperti kerbau. 

Jumat, 09 November 2012



Saung Angklung Udjo
Oleh: Isnawati Nurul A

Saung Angklung Udjo adalah salah satu sanggar budaya yang berlokasi di Bandung. Berdiri sejak tahun 1967, sanggar yang menampilkan pertunjukan angklung dan budaya-budaya sunda ini telah diturunkan dari sang pencetus oleh Udjo Ngalagena kepada putranya sebagai penerus untuk melestarikan warisan budaya ini.

Saung angklung yang berlokasi di Jalan Padasuka no 118 Bandung, Jawa Barat ini berdiri diatas tanah sekitar 2 hektar dengan fasilitas panggung pertunjukan, toko souvenir angklung, lokasi pembuatan angklung dan tentu saja halaman parkir serta sarana ibadah.

Memasuki ruang pertunjukan, pengunjung disambut dengan deretan angklung-angklung dan bermacam aksesoris khas Sunda seperti topeng-topeng dan alat musik sunda yang berjajar dan dipamerkan di ruang tak begitu luas. Melewati pintu masuk, usai registrasi, para pengunjung dikenakan satu buah kalung berliontin miniatur angklung dengan tali yang berwarna hitam.

Arena pertunjukan sendiri berbentuk semi teater berbentuk leter U serupa panggung pertunjukan osrkestra di Eropa. Meski tak begitu luas, arena yang bisa menampung sekitar 300 orang ini dikelilingi oleh pohon-pohon bambu yang cukup tinggi dan asesoris budaya sunda. Suasana ini menambah nuansa kesejukan dan ketenangan siapapun yang menginjakkan kakinya di saung angklung Udjo. Dingin memang, tetapi sajian-sajian dari setiap pertunjukan sangat menghangatkan suasana, ditambah ramainya para pengunjung yang datang tidak saja dari daerah-daerah di Indoensia, tetapi juga dari mancanegara.

Saat rombongan SOW-II berkunjung pada hari Kamis, 19 Januari 2012, para pengunjung saung angklung justru mayoritas turis mancanegara, hanya beberapa wisatawan lokal saat itu. Diantara turis yang datang saat itu berasal dari Jepang, Korea, Belanda dan Amerika. Kami  peserta SOW II beruntung bisa menjadi salah satu dari beberapa wisatawan lokal itu.

Jrengg.. Pertunjukan pun dimulai. Dua wanita muda mojang Bandung menjadi pemandu acara untuk mengarahkan susunan acara pertunjukan. Tata bahasa yang disampaikan menggunakan sistem billingual ( indonesia-inggris), ya wajar saja karena wisatawan yang datangpun dari mancanegara. Tak kami sangka, ternyata pertunjukan di Saung Angklung Udjo tidak saja menampilkan pertunjukan angklung, tetapi sangat banyak dengan durasi sekitar 2 jam.

Berikut ini beberapa pagelaran budaya yang ditampilkan di Saung Angklung Udjo:
1.    Wayang Golek
Wayang golek yaitu pementasan sandiwara boneka kayu yang menyerupai manusia lengkap dengan kostum dan asesori yang mencerminkan sifat dan karakter dari tokoh yang akan dimainkan, diantaranya Hanoman, raja patih dan lainnya dengan karakter yang berbeda seperti kebijakannya, keserakahan atau keangkaramurkaan. Wayang-wayang itu dibawakan oleh seorang dalang. Dalam setiap pementasannya, wayang golek selalu memberikan pesan moral agar selalu patuh pada penciptanya dan berbuat baik terhadap sesama dan banyak pesan lainnya.
2.    Angklung Jaipong
Pertunjukan ini adalah pertunjukan tari jaipong yang diiringi oleh alunan angklung. Jaipong ini biasanya diiringi oleh gamelan, namun di saung Angklung Udjo ini, Jaipong disuguhkan dengan alunan musik Angklung. Angklung Jaipong ini dipertunjukkan oleh murid-murid Udjo yang masih berusia dini. Meski masih berusia sangat dini, tapi usia pun tidak membatasi ruang gerak para anak-anak didik ini. Bahkan masih ada yang berusia sekitar 7-8 tahun. Mungkin akan terlihat biasa jika yang memainkannya adalah anak-anak dewasa, tetapi di Saung Angklung Udjo kita akan dibuat lebih terpukau dengan gerak lincah anak-anak berusia dini. Gelak tawa para penonton pun berkali-kali meriuhkan suasana karena anak-anak yang tampil sesekali berteriakan-teriak dalam pertunjukan yang diiringin oleh sekitar 30 pengiring angklung.
3.    HELARAN
Helaran, mungkin masih asing di telinga kita. Helaran ini biasa dimainkan untuk mengiringi upacara tradisional khitanan maupun saat upacara panen padi dalam adat sunda. Helaran ini dimainkan dengan nada riang gembira untuk menghibur si anak yang dikhitan agar tidak begitu merasakan kesakitan karena dahulu alat yang digunakan adalah alat tradisional.
4.    Tari topeng
Tari topeng ini dimainkan oleh 3 anak yang berusia remaja, yang disajikan adalah gaya parahyangan yang menceritakan ratu kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu menakjingga yang tergila-gila padanya. Dan seperti pertunjukan yang lainnya, pertunjukan ini juga diiringi alunan angklung dan beberapa alat musik sunda lainnya.
5.    Angklung Orkestra
Yaitu pertunjukan angklung yang dikombinasikan dengan permainan alat musik seperti gitar dan lainnya. Pertunjukan ini lebih dimainkan oleh pemuda dan remaja Saung Angklung Udjo. Pertunjukan sangat fantastik karena bisa menampilkan beragam jenis musik yang dikombinasikan antara alat musik khas sunda dengan alat musik modern.
6.    Angklung Mini
Kenapa dinamakan angklung mini? Bukan karena ukuran angklungnya yang kecil, tetapi karena yang memainkannya adalah anak-anak yang masih berusia dini. Angklung yang digunakannya pun hanya 2 notes untuk setiap anaknya. Kemahiran anak-naak dalam memainkan angklung-angklung itu menciptakan nada yang sangat indah dan dinikmati oleh para penonton apalagi dengan gaya dan tingkah anak-anaknya yang lucu-lucu dan masih imut.

Dan masih lagi pertunjukan-pertunjukan lainnya yang kesemuanya dimainkan oleh peserta didik Saung Angklung Udjo. Dan tak hanya melihat pertunjukan saja, setelah menyaksikan pertunjukan Angklung seluruh penonton akan diajarkan cara bermain angklung. Kursus singkat bermain angklung.
Beberapa pemain akan membagikan angklung satu-satu kepada penonton. Tapi bukan untuk dibawa pulang ya, karena kita akan belajar angklung bersama yang akan dipandu langsung oleh putra alm.Udjo. Dari pelajaran yang paling dasar sampai diajarkan untuk memainkan beberapa buah lagu yang pasti untuk standar pemula. Sangat menarik! Ditambahkan karena memang dalam permainan angklung dibutuhkan kekompakan agar bisa tercipta melodi-melodi yang indah. Jadi selain menonton pertunjukan kita juga bisa langsung memainkannya.
Tak hanya itu, sebelum diakhirinya agenda pertunjukan Angklung ini, beberapa penonton akan diajak oleh putra-putri untuk turun ke arena pertunjukan untuk menari bersama dalam satu pertunjukan penutup yang tentunya tetap diiringi alunan oleh angklung orkestra. Kemudian di pagelaran Saung Angklung Udjo ini para pengunjung diperkenalkan lagi dengan warisan budaya yang tetap harus dilestarikan.
Siapapun yang menghadiri Saung Angklung Udjo ini pasti membuang jauh-jauh perasaan menyesal karena mengunjunginya saja merasa ingin tiba disana lagi dan lagi mengunjungi tempat itu. Untuk siapapun yang ingin mengunjungi Saung Angklung Udjo, bisa didapatkan infonya di website :www.angklung-udjo.co.id atau email : info@angklung-udjo.co.id Salam budaya!


Judul                : Berjilbab itu Cantik
Penulis            : Ummu Zamiluni
Tebal               : V+84 halaman
Penerbit           : Mumtaz
Terbit               : Pertama, 2011

Oleh: Faridatul Amaniyah

Masihkah anda enggan untuk berjilbab? Tentu dengan semakin banyaknya model berjilbab anda makin tertarik untuk sesegera mungkin mengenakkan jilbab. Tetapi fenomena penggunaan jilbab yang sekarang banyak digunakan oleh para kaum perempuan mengundang pertanyaan, “Sudah syar’i-kah jilbabnya? Atau justru kebalikannya?

Lihatlah banyak yang masih berpakaian hanya sebagian (menutupnya sampai dada, lengan, atau lututnya), ketat dan tipis (transparan). Menganggap penggunaan jilbab yang kampungan, tidak laku  dan ketinggalan zaman. Ada juga yang berjilbab dengan hanya menutupi kepala, leher yang terlihat  dan terbentuk bongkol pada bagian belakang kepalanya, ditambah dengan pakaiannya yang amat ketat. Model jilbab dengan berbagai variasi memang mengundang banyak para kaum wanita untuk mengenakan jilbab dengan dalih agar lebih modis, anggun dan cantik.

Mungkin semua itu adalah salah satu alasan untuk pertama kali mengenakan jilbab. Tapi coba telaah lebih jauh melihat kedudukan jilbab dalam pandangan Islam yang telah diatur dalam perintah Allah SWT yang tentunya sebagai manusia tidak berhak untuk tidak mengindahkan ketentuan-Nya.

Di sinilah letak signifikasinya dari kehadiran buku yang mengoreksi berbagai polemik kaum perempuan yang selama ini masih enggan berjilbab dan juga memperbaiki cara berjilbab yang baik dan benar. Meski bukan merupakan buku pertama yang membahas tentang berjilbab, kehadirannya menguatkan para pembaca yang belum mentaati perintah berhijab, seperti yang diperintahkan syari’at. Baik karena belum mengetahui bahwa hijab adalah wajib, atau karena tidak mampu melawan tipu daya dan pesona dunia, karena takluk dihadapan nafsu yang senantiasa memerintahkan keburukan atau tunduk oleh bisikan setan, karena pengaruh teman yang tidak suka kepada kebaikan bagi sesama jenisnya atau karena alasan-alasan lain.

Penulis mengungkapkan bahwa Hijab adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Istilah Hijab dimaksudkan untuk dau hal yaitu jilbab itu sendiri dan keharusan menjaga batasan pergaulan antara kaum  pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan kemahraman. Allah SWT memerintahkan berjilbab bukan hanya untuk penutup kepala, tapi untuk kesucian diri, pakaian takwa, buah keimanan dan bagian dari sifat malu. Dan tentunya berjilbab dengan syarat-syarat yang ada pada syariat Islam.

Buku ini juga menguraikan sebab-sebab penghalang seseorang enggan untuk mengenakan jilbab yaitu dikaitkan antara syubhat dan syahwat. Setan bisa masuk kepada manusia melalui dua pintu utama, yaitu syubhat dan syahwat. Seseorang tidak melakukan suatu tindakan maksiat, kecuali dari dua pintu tersebut. Dua perkara itu merupakan penghalang sehingga seseorang muslim tidak mendapatkan keridhaan Allah, masuk surga dan jauh dari neraka. Akhir dari buku ini juga terdapat kisah-kisah nyata, nasihat dan risalah untuk sesegera mungkin dapat mengenakan jilbab.

Pada akhirnya kesimpulan mengenai berjilbab adalah bagaimana berjilbab yang merupakan buah keimanan dapat dilakukan dengan sebenarnya. Perintah berjilbab datang dari Allah, maka dari itu  harus dilaksanakan dengan mengenakannya sesuai syariat. Amal selalu beriringan dan merupakan konsekuensi iman, Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

Buku ini memang pantas dibaca karena pembahasan mengenai realitas-realitas jilbab yang ada sekarang dapat dipadukan dengan menguatkannya pada ayat-ayat Al-qur’an, hadist, dan kisah-kisah yang sangat menarik.Akan tetapi judul berjilbab itu cantik kurang sesuai karena pemaparan hanya ditujukan untuk pembenahan jilbab dan keutamaannya.



Cinta yang Seperti Apa Ini?
Oleh: Najmah

Gadis itu berlari kecil menerobos garis-garis Kristal bening yang berjatuhan, gerimis di malam hari. Setapak demi setapak Ia berlari, genangan air tidak Ia hiraukan membasahi kakinya yang terlihat lelah, dan amat berat seberat nafasnya yang terengah-engah, senada detak jantungnya yang berdebar cepat melebihi gerak larinya sendiri. Khiwarnya berkibar, begitupun jilbabnya yang kini kuyup karena guyuran gerimis yang terasa semakin mengganas.

Aku harus cepat sampai di halte itu, tidak boleh… Yahh dia tidak boleh menunggu lama!” batinnya diantara aliran darah yang terasa beku baginya kini.

Ada seseorang yang menunggunya di  halte itu, dan Ia tidak boleh membuat orang itu menunggu lama, terus… dan Ia terus berlari.

Di tepi jalan, diantara taman-taman, di halte. Sesosok laki-laki menunggu, wajahnya gelisah melihat di sekeliling, harap-harap cemas. Sesekali Ia duduk, sesekali berjalan mondar-mandir, sesekali memandang bola lampu yang bergoyang terlihat merana, sepi, hening dan sendiri, seperti dirinya. Lagi-lagi pandanganya menyapu kanan kiri di sekitar, tak terlihat, tidak ada tanda-tanda kedatangannya, yahh gadis itu. Hanya gerimis yang seolah-olah membujuk, “pergi saja, berhentilah menunggu, dia tidak akan menemuimu” ahh hatinya semakin kacau dibuatnya.

Terus berlari… Gadis itu terus berlari berusaha menerjang gerimis yang kini menjelma menjadi hujan, hujan itu terlalu menyakitkan baginya kali ini. Basah di sekujur tubuhnya, tak peduli,  ia hanya ingin waktu berhenti sejenak hingga Ia tak membuat seseorang itu menunggu terlalu lama, karena gadis itu tahu bahwa laki-laki itu sudah pasti menunggu.

Laki-laki itu, manunggu bersama rentetan hujan yang tak kunjung berhenti. Tapi teguh, Ia tidak boleh beranjak pergi, ada sesuatu yang harus di sampaikan, “aku harus tetap menunggunya,” batinnya sebelum akhirnya terdengar langkah dari kejauh..dan Ia melihatnya, sesosok yang ditunggu.

Gadis itu mendengar bisik sebuah penantian, mereka hanya terpisah dalam balutan hening ketika keduanya bertatap muka, hening… tapi gaduh pada hati keduanya, hening yang menyayat.

Masih dengan nafas yang terengah-engah, dia berusah tenang tanpa berniat merapikan khiwar dan jilbabnya yang sudah benar-benar lembek itu, dingin menusuk sampai ke tulang terasa setelah gadis itu diam. Tapi tidak lagi setelah tiba-tiba laki-laki yang kini Ia tidak sedang menunggu lagi memakaikan jaket tebalnya kepada si gadis, nyaman.

Mereka pun duduk di kursi halte yang rasanya ikut mendingin karena hujan, Masih hening…
Dan semakin terasa hening ketika kedua mata itu beradu,, mata laki-laki itu menatap si gadis tajam, tapi layu.  hening… tapi sesaat kemudian…
“Apa kamu benar-benar mencintaiku,” tanya laki-laki itu tiba-tiba, hati gadis itu kini nyata semakin gaduh.
“Kamu bertanya dengan pertanyaan seperti itu kepada orang yang jelas kamu sudah tahu, bahwa orang itu mencintai kamu?” Tanya balik gadis yang berawakan tidak lebih dari selengan  laki-laki itu.
“Aku hanya ingin memastikan”
“Lalu? ”
“Aku ingin kamu tidak seperti itu, aku nggak mau kamu mencintaiku ” Mata gadis itu pun mulai berkaca-kaca.
“Kenapa?, apa kamu berhak atas perasaanku, sedang kamu tau, bukan aku yang menghadirkannya?”
“Aku nggak mau kamu sakit, Bintang…” bintang nama gadis itu.
“Kenapa aku sakit? Apa yang kamu perbuat hingga kamu yakin aku akan sakit?” gadis itu tertunduk menyembunyikan air matanya yang kini mencurah.Tapi tak ada yang bisa tertutupi.
“Please, jangan menangis, apalagi hanya karena aku,”
“Bukan itu Titan, aku menangis karena kau menyuruhku untuk tidak adil dengan perasaanku,” Titan, Bintang pun menyebutkan nama laki-laki yang kini membuat hatinya teriris.
“Tapi nggak mungkin buat aku nyakitin kamu lebih dari ini Bintang, kamu tau aku sudah ada wanita dalam kehidupan aku, dan aku nggak mungkin ninggalin dia” ada gurat rasa bersalah di wajah Titan.
“Yah aku tau tan, akupun nggak bermaksud ingin memilikimu dengan perasaan ini, cukup hanya untuk di kabarkan,”
“Dan aku juga sayang sama kamu bintang,” aku Titan tiba-tiba.
“Dan aku hanya ingin kamu ada ketika aku butuh ada kamu disampingku” ucap bintang tegar kini.Meski rasanya ada yang salah dalam ucapannya.
Hening sesaat… angin malam ini semakin menusuk tulang,
“Tidak mungkin seorang imam, memimpin sholat di dua masjid berbeda dalam waktu bersamaan, Bintang…” Ucap laki-laki itu, ada sedikit tekanan dalam kata-katanya.
Hanya diam, gadis itu kini terus mencari kebenaran hatinya,
”Kenapa jadi seperti ini?, cinta seperti apa ini?? Kenapa aku seperti hamba yang bodoh?, mengemis cinta kepada hamba yang jelas tidak tahu arti kebesaran cinta, sungguh bodoh sampai-sampai aku berharap waktu berhenti agar Ia tidak menunggu lama,  membiarkan khiwar dan jilbab ku yang seharusnya menjadi tanda kecintaanku terhadapnya-Nya, aku biarkan basah tak terjaga seperti ini, menerobos hujan lagi-lagi hanya karena tidak ingin membuat dia menununggu lama, seharusnya aku memelihara anugerah cinta ini, bukan untuk di hambur-hamburkan tak jelas seperti ini, aku yakin akan lebih indah ketika dia tidak tau, dan biarkan garis takdir tuhan yang berbicara, salah ku.. padahal Allah sudah menyediakan cinta yang tiada tara, yaitu Cinta-Nya dan cinta ku bersama orang-orang yang hanya mengharapkan cinta yang atas karena keridhoan-Nya,  Ya Robi fagfirli..

Hening..untuk yang tak terhitung kalinya, hingga kini seorang Bintang pun sendiri, berteman gerimis yang menyisahkan luka, dera, kecewa… air mata dan doa kini menjadi satu, berharap Allah mendekapnya lebih erat, cinta seperti apalagi kah yang ku cari, jika Cinta-Nya lebih membuat ku bahagia?

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
SOW Community. Diberdayakan oleh Blogger.