Jumat, 09 November 2012


A PRECIOUS LOVE
Oleh: Hip Hop Hime
 Ketika itu pukul 02.10 wib, aku terbangun karena rasa haus yang mencekek tenggorokanku.Agak malas kubuka pintu kamarku sambil menggosok mataku yang masih melihat dengan kabur. Malam yang dingin dan gelap, dengan was-was kulangkahkan kakiku menuju dapur. Lampu di beberapa ruangan mati, membuat suasana remang-remang yang membuat bulu kudukku merinding. Aku melintasi kamar ibuku, pintu kamarnya terbuka, kulihat ia duduk di sebua sofa minimalis berwarna biru muda, ditangannya ada sebuah gelas berisi cairan berwarna biru yang kusadari cairan itu adalah minuman keras bermerek grey-goose vodka. “ ma..!” panggilku sambil membuka lebar pintu kamarnya. “ kenapa sih ma, kenapa harus minum lagi, kenapa ga’ mau dengerin aku!” bentakanku membuat ibuku terkejut dan membuang minuman haram  itu.
                Setengah sadar ibuku segera berdiri dan berlari untuk memelukku, “ kali ini ja na, please!”. Ia meneteskan air mata, aku tahu hangat itu timbul karena penyesalan. Bukan karena menyesal meminum minuman haram itu, tapi karena telah melanggar kesepakatan yang kubuat dengannya. Ibuku seorang pecandu minuman keras, tapi kata ayah ia menghetikan kebiasaannya saat mengandungku, dan kambu lagi ketika aku berumur 10 tahun. “ ma, ana kecewa. Mungkin lebih baik ana tinggal sama papa aja!” aku mengelak dari pelukannya sambil menyeka air mataku.
                “ jangan na, please! Jangan tinggalin mama sendirian! Mama ga’ bakal minum lagi, please sayang!”. Aku kecewa dengan sikap ibuku, aku sudah berjanji padanya apa bila aku melihatnya meminum minuman keras lagi, aku akan meninggalkannya dan melanjutkan sekolahku ke london, tempat dimana ayahku berada. 2 tahun lalu ketika umurku 16 tahun ayah dan ibuku bercerai, tak ada pertengkaran, tak ada permasalahan yang serius. Ayah mencintai ibu, hanya saja ibu menganggap dirinya tak pantas untuk ayahku. Sungguh mengecewakan kenapa ibu baru memikirkan hal itu setelah aku ada, aku jengkel dengan sikap ibu. Ayah menerima ajakan ibu untuk bercerai karena ia tak tega melihat ibu merasa bersalah dengan dirinya sediri.
Hingga malam itu selesai aku masih mendengar ibuku mengetuk pintu kamarku dan memohon maaf padaku.Tentu saja sebagai anak aku tak tega. Pukul 04.40 WIB, azan subuh berkumandang. Ku ambil wudu’ku dan segera menghadap kepada sang pencipta yang maha tinggi. Aku memulai solat memang masih tergolong baru, ketika bercerainya orangtuaku, ayah dan ibuku sepakat aku dititipkan di rumah saudaraku. Mereka mengajariku cara sholat dan membaca Al-qur’an.
                Perlahan kubuka pintu kamarku, tak ada suara ibuku, aku yakin ibu pasti sudah ke kamarnya.Kulangkahkan kakiku memeriksa keadaan di sekitar kamarku.Aku yakin ibuku di kamarnya, namun ketika aku keluar kamar tubuh ibuku sudah terbaring lemah di lantai.Wajahnya pucat, aku mulai khawatir dan sangat merasa bersalah.Kudekati ibu, ku periksa denyut nadinya.Masih ada denyut nadinya, ada hangat yang mengalir di mata dan hatiku, kupeluk tubuh ibuku. Tubuhnya ringan sekali, ku panggil ia dengan lirih, sepertinya aku tak punya daya yang masih tersisa. “ ma, mama. Maafin ana ma!” aku mencium pipi ibuku, wajahnya terasa sangat dingin.
                Ibuku membalas pelukanku dengan sangat erat.Sambil meneteskan air matanya, ibuku tersedu-sedu.“ maafin mama sayang.”  Ibuku terus mengucapkan kata-kata itu, aku membimbingnya menuju kamarnya, namun ia tak mau melepaskanku. “ temani mama sayang, apapun yang kamu inginkan mama akan lakukan.


0 Comments:

Post a Comment



You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
SOW Community. Diberdayakan oleh Blogger.