A
PRECIOUS LOVE
Oleh:
Hip Hop Hime
Ketika
itu pukul 02.10 wib, aku terbangun karena rasa haus yang mencekek
tenggorokanku.Agak malas kubuka pintu kamarku sambil menggosok mataku yang
masih melihat dengan kabur. Malam yang dingin dan gelap, dengan was-was
kulangkahkan kakiku menuju dapur. Lampu di beberapa ruangan mati, membuat
suasana remang-remang yang membuat bulu kudukku merinding. Aku melintasi kamar
ibuku, pintu kamarnya terbuka, kulihat ia duduk di sebua sofa minimalis
berwarna biru muda, ditangannya ada sebuah gelas berisi cairan berwarna biru
yang kusadari cairan itu adalah minuman keras bermerek grey-goose vodka. “
ma..!” panggilku sambil membuka lebar pintu kamarnya. “ kenapa sih ma, kenapa
harus minum lagi, kenapa ga’ mau dengerin aku!” bentakanku membuat ibuku
terkejut dan membuang minuman haram itu.
Setengah
sadar ibuku segera berdiri dan berlari untuk memelukku, “ kali ini ja na, please!”.
Ia meneteskan air mata, aku tahu hangat itu timbul karena penyesalan. Bukan
karena menyesal meminum minuman haram itu, tapi karena telah melanggar
kesepakatan yang kubuat dengannya. Ibuku seorang pecandu minuman keras, tapi
kata ayah ia menghetikan kebiasaannya saat mengandungku, dan kambu lagi ketika
aku berumur 10 tahun. “ ma, ana kecewa. Mungkin lebih baik ana tinggal sama
papa aja!” aku mengelak dari pelukannya sambil menyeka air mataku.
“
jangan na, please! Jangan tinggalin mama sendirian! Mama ga’ bakal minum lagi,
please sayang!”. Aku kecewa dengan sikap ibuku, aku sudah berjanji padanya apa
bila aku melihatnya meminum minuman keras lagi, aku akan meninggalkannya dan
melanjutkan sekolahku ke london, tempat dimana ayahku berada. 2 tahun lalu
ketika umurku 16 tahun ayah dan ibuku bercerai, tak ada pertengkaran, tak ada
permasalahan yang serius. Ayah mencintai ibu, hanya saja ibu menganggap dirinya
tak pantas untuk ayahku. Sungguh mengecewakan kenapa ibu baru memikirkan hal
itu setelah aku ada, aku jengkel dengan sikap ibu. Ayah menerima ajakan ibu
untuk bercerai karena ia tak tega melihat ibu merasa bersalah dengan dirinya
sediri.
Hingga malam itu selesai aku masih mendengar ibuku
mengetuk pintu kamarku dan memohon maaf padaku.Tentu saja sebagai anak aku tak
tega. Pukul 04.40 WIB, azan subuh berkumandang. Ku ambil wudu’ku dan segera
menghadap kepada sang pencipta yang maha tinggi. Aku memulai solat memang masih
tergolong baru, ketika bercerainya orangtuaku, ayah dan ibuku sepakat aku
dititipkan di rumah saudaraku. Mereka mengajariku cara sholat dan membaca
Al-qur’an.
Perlahan
kubuka pintu kamarku, tak ada suara ibuku, aku yakin ibu pasti sudah ke
kamarnya.Kulangkahkan kakiku memeriksa keadaan di sekitar kamarku.Aku yakin
ibuku di kamarnya, namun ketika aku keluar kamar tubuh ibuku sudah terbaring
lemah di lantai.Wajahnya pucat, aku mulai khawatir dan sangat merasa
bersalah.Kudekati ibu, ku periksa denyut nadinya.Masih ada denyut nadinya, ada
hangat yang mengalir di mata dan hatiku, kupeluk tubuh ibuku. Tubuhnya ringan
sekali, ku panggil ia dengan lirih, sepertinya aku tak punya daya yang masih
tersisa. “ ma, mama. Maafin ana ma!” aku mencium pipi ibuku, wajahnya terasa
sangat dingin.
Ibuku
membalas pelukanku dengan sangat erat.Sambil meneteskan air matanya, ibuku
tersedu-sedu.“ maafin mama sayang.”
Ibuku terus mengucapkan kata-kata itu, aku membimbingnya menuju
kamarnya, namun ia tak mau melepaskanku. “ temani mama sayang, apapun yang kamu
inginkan mama akan lakukan.