Aku Cinta Indonesia
Oleh: Abdullah Ramadhan
Namaku Aphin, ini adalah nama asli dari
nenekku, panggilan kesayangan lebih tepatnya. Aku keturunan Cina dengan wajah
khas artis mandarin, oval dengan mata sipit, yang jika tersenyum maka mataku
akan hilang dari penglihatan. Itulah mengapa namaku cukup berbau Cina. Tulisan
singkat ini menceritakan kenapa aku Cina, dan kenapa aku hanya bangga dengan
Indonesia-ku.
Dahulu, nenek moyangku adalah orang-orang
yang ahli dalam pertambangan, sehingga dari daratan Cina sana orang-orang
Belanda mengangkut nenek moyangku itu ke Indonesia sebagai pekerja tambang. Dan
akhirnya buyut, kakek, nenek, ayahku, dan aku juga menjadi salah satu suku di
Indonesia, yaitu Tionghoa. Walaupun aku Cina, tapi jangan tanyakan lagi bagaimana
perasaanku tentang negeri ini, Indonesia. Aku katakan bahwa aku sungguh bangga
menjadi orang Indonesia! Walau tragedi Mei 1998 begitu menyakitkan bagi warga
keturunan Tionghoa, tetapi sungguh sedikitpun aku tidak menyesal menjadi warga
Indonesia.
Kalaulah orang bangga menjadi warga negara
Amerika, apalah yang bisa dibanggakan dengan menjadi warga negara dari negara pembunuh
dan miskin seperti Amerika. Karena sesungguhnya Indonesialah yang memberi
kehidupan kepada negaranegara seperti Amerika, kalaulah tidak ada Negara
Indonesia, maka Jepang, Amerika, Inggris, dan Belanda, mereka tidak akan maju seperti
sekarang. Penjajahan yang berlangsung lama yang di negeri ini oleh bangsa
Belanda, Jepang dan Inggris cukup sebagai bukti betapa mereka sangat tergantung
pada negara ini. Bahkan bagi Amerika, penjajahan itu masih berlangsung sampai
saat ini dengan menguras sumber daya alam Indonesia dari ujung Aceh sampai
Papua.
Buktikan bahwa engkau bangga menjadi orang
Indonesia. Kalau dahulu putera bangsa dapat membuat pesawat, maka seharusnya
saat ini kita bisa lebih maju dari bangsa-bangsa yang justru kemajuannya tergantung
pada Indonesia. Kuncinya adalah belajar! Sekali lagi aku katakan namaku Aphin.
Keturunan Cina, tapi aku tidak bangga mengakui Cina sebagai asalku, karena aku
hanya bangga menjadi orang Indonesia. Atas kebanggan itu kami telah mencoba
untuk turut membangun dan mewarnai negeri ini, dari budaya kami sumbangkan barongsai,
dari bajasa kami padukan abajasa Tionghoa bukan bahasa mandarin, dan dari makanan
kami berikan martabak manis sebagai penambah cita rasa keanekaragaman makanan
khas nusantara.
Disinilah tempatku berpijak,
Indonesia tanah airku…
Disini ku berdiri, mengangkat tangan..
Kuteriakkan kata-kata, “Indonesia,
Aku Cinta Padamu!”
*Peserta SOW, Mahasiswa PTIQ