Tampilkan postingan dengan label Resensi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 November 2012


RESENSI

Judul buku     : Bisnis Orang Sakit
Penulis          : Dedi Supratman dan Eko Prasetyo
Penerbit        : Resist Book
Tebal            : 164 halaman, i-xi,
Cetakan        : I, Maret 2010



 Oleh:  Fayruz Asy Syaathirii

“... Biasanya rumah sakit punya prosedur tetap: Identitas untuk menjamin. Tak bisa rumah sakit dengan longgar membiarkan orang miskin sakit, lalu dirawat, lalu diobati dan kemudian dibiarkan pulang. Orang miskin sakit pantas untuk dicurigai. Bukan curiga apa penyakitnya melainkan bagaimana mereka akan membayar pengobatannya!”

Dedi dan Eko kali ini hadir dengan bahasa yang ‘pedas’. Setelah buku Orang Miskin Dilarang Sakit, kini hadir buku yang (masih) mengkritisi pemerintah soal kebijakan kesehatan yang memberatkan rakyat miskin. Buku ini menghadirkan fakta-fakta buram kebijakan anggaran kesehatan di Indonesia, analisis formulasi kebijakan anggaran kesehatan, dan di akhir buku ini juga dibahas stategi peningkatan anggaran kesehatan. Bagi negara Kuba, kesehatan berbasih atas pemuliaan martabat, kesehatan adalah kehormatan dan harga diri bangsa. Miris! Di Indonesia, kesehatan adalah ladang bisnis dan orang sakit sebagai komoditasnya.
Ongkos untuk mengobati pasien miskin musti dianalisis dengan detail, rinci dan dipastikan mereka mampu membayar. Untuk urusan pendaftaran saja orang miskin punya lorong loket sendiri. Entah itu namanya jaminan kesehatan yang miskin atau asuransi kesehatan. Dan sialnya lorong itu pasti punya budaya yang sama: Lama, berbelit-belit dan makan kesabaran. Tapi orang miskin tak boleh mengeluh. Kesehatan memang berbiaya mahal. Ongkos untuk menjadi dokter sudah mahal dan begitu juga ongkos untuk melahirkan satu perawat. Maka tak ada orang miskin yang merasa damai di rumah sakit. Jika tak percaya saksikan bagaimana paras orang-orang di kelas ekonomi: cemas, sumpek dan khawatir. Antara kesembuhan dan biaya semuanya tumpang tindih!”

Buku ini menceritakan bobroknya pemerintah dalam mengurus kesehatan rakyat. Rakyat yang konon katanya menggenggam kedaulatan bangsa. Rakyat miskin yang harusnya menjadi tanggungan bangsa untuk keberlangsungan hidupnya. semua menjadi semakin mengiris hati bahwa kenyataannya kepedihan hidup rakyat miskin akibat permasalahan kesehatan yang dialaminya dijadikan sebuah ladang mengeruk penghasilan.

Buku ini adalah buku yang padat data, menampilkan banyak sekali data, mulai dari fakta di pemerintahan hingga sebuah penelitian mengenai kepuasan pelayanan kesehatan yang penulis lakukan sendiri.hanya saja bahasanya yang sangat lugas dan cenderung provokatif membuat buku ini pasti menimbulkan meningkatnya tekkanan darah pembaca yang aktif di beberapa bidang kesehatan.

Dengan mengetahui sejarah kesehatan Indonesia yang terdapat dalam buku ini, diharapkan para pembaca mampu mengkritisi pemerintah dalam kebijakan kesehatan. Menjadi masyarakat yang aktif membela haknya, tidak menjadi rakyat yang dicucuk hidungnya seperti kerbau. 

Jumat, 09 November 2012


Judul                : Berjilbab itu Cantik
Penulis            : Ummu Zamiluni
Tebal               : V+84 halaman
Penerbit           : Mumtaz
Terbit               : Pertama, 2011

Oleh: Faridatul Amaniyah

Masihkah anda enggan untuk berjilbab? Tentu dengan semakin banyaknya model berjilbab anda makin tertarik untuk sesegera mungkin mengenakkan jilbab. Tetapi fenomena penggunaan jilbab yang sekarang banyak digunakan oleh para kaum perempuan mengundang pertanyaan, “Sudah syar’i-kah jilbabnya? Atau justru kebalikannya?

Lihatlah banyak yang masih berpakaian hanya sebagian (menutupnya sampai dada, lengan, atau lututnya), ketat dan tipis (transparan). Menganggap penggunaan jilbab yang kampungan, tidak laku  dan ketinggalan zaman. Ada juga yang berjilbab dengan hanya menutupi kepala, leher yang terlihat  dan terbentuk bongkol pada bagian belakang kepalanya, ditambah dengan pakaiannya yang amat ketat. Model jilbab dengan berbagai variasi memang mengundang banyak para kaum wanita untuk mengenakan jilbab dengan dalih agar lebih modis, anggun dan cantik.

Mungkin semua itu adalah salah satu alasan untuk pertama kali mengenakan jilbab. Tapi coba telaah lebih jauh melihat kedudukan jilbab dalam pandangan Islam yang telah diatur dalam perintah Allah SWT yang tentunya sebagai manusia tidak berhak untuk tidak mengindahkan ketentuan-Nya.

Di sinilah letak signifikasinya dari kehadiran buku yang mengoreksi berbagai polemik kaum perempuan yang selama ini masih enggan berjilbab dan juga memperbaiki cara berjilbab yang baik dan benar. Meski bukan merupakan buku pertama yang membahas tentang berjilbab, kehadirannya menguatkan para pembaca yang belum mentaati perintah berhijab, seperti yang diperintahkan syari’at. Baik karena belum mengetahui bahwa hijab adalah wajib, atau karena tidak mampu melawan tipu daya dan pesona dunia, karena takluk dihadapan nafsu yang senantiasa memerintahkan keburukan atau tunduk oleh bisikan setan, karena pengaruh teman yang tidak suka kepada kebaikan bagi sesama jenisnya atau karena alasan-alasan lain.

Penulis mengungkapkan bahwa Hijab adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Istilah Hijab dimaksudkan untuk dau hal yaitu jilbab itu sendiri dan keharusan menjaga batasan pergaulan antara kaum  pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan kemahraman. Allah SWT memerintahkan berjilbab bukan hanya untuk penutup kepala, tapi untuk kesucian diri, pakaian takwa, buah keimanan dan bagian dari sifat malu. Dan tentunya berjilbab dengan syarat-syarat yang ada pada syariat Islam.

Buku ini juga menguraikan sebab-sebab penghalang seseorang enggan untuk mengenakan jilbab yaitu dikaitkan antara syubhat dan syahwat. Setan bisa masuk kepada manusia melalui dua pintu utama, yaitu syubhat dan syahwat. Seseorang tidak melakukan suatu tindakan maksiat, kecuali dari dua pintu tersebut. Dua perkara itu merupakan penghalang sehingga seseorang muslim tidak mendapatkan keridhaan Allah, masuk surga dan jauh dari neraka. Akhir dari buku ini juga terdapat kisah-kisah nyata, nasihat dan risalah untuk sesegera mungkin dapat mengenakan jilbab.

Pada akhirnya kesimpulan mengenai berjilbab adalah bagaimana berjilbab yang merupakan buah keimanan dapat dilakukan dengan sebenarnya. Perintah berjilbab datang dari Allah, maka dari itu  harus dilaksanakan dengan mengenakannya sesuai syariat. Amal selalu beriringan dan merupakan konsekuensi iman, Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

Buku ini memang pantas dibaca karena pembahasan mengenai realitas-realitas jilbab yang ada sekarang dapat dipadukan dengan menguatkannya pada ayat-ayat Al-qur’an, hadist, dan kisah-kisah yang sangat menarik.Akan tetapi judul berjilbab itu cantik kurang sesuai karena pemaparan hanya ditujukan untuk pembenahan jilbab dan keutamaannya.

Rabu, 24 Oktober 2012

Judul Buku : Mein Kampf
Penulis : Adolf Hitler
Penerbit : Narasi
Tahun : 2007
Halaman : 403 Hal.

Oleh: Andhika Aryatma

“Mein Kampf” (Perjuanganku), sebuah buku yang dibuat oleh Adolf Hitler, terbit pada tanggal 18 Juli 1925 di Jerman. Buku bertebal total 720 halaman ini dibuat olehnya ketika ia berada di dalam penjara. Buku yang dicetak dalam dua jilid ini merupakan autobiografi dang Fuhrer (Hitler) mulai dari masa kanak-kanak sampai di dalam sel tahanan, yang juga merupakan kupasan ideologi pemikirannya tentang nasionalismesosialisme, pandangan dan argumentasinya mengenai Jerman dan dunia saat itu. Di dalamnya juga terdapat penjelasan mengenai semangat anti-Semitisme, anti-Komunisme, anti-Liberalisme, dan Populisme menurut perspektif Hitler.


Latar belakang pembuatan buku ini tidak lepas dari upayakudeta militer partai NSDAP (National-Sizialistische Deutsche Arbeiterpartei) atau dikenal sebagai partai Nazi terhadap kanselir Wilhelm Marx, Kanselir Republik Weimar saat itu. Peristiwa kudeta yang dikenal sebagai “Beer Hall Putsch” itu merupakan upaya Nazi merebut pemerintahan, karena Nazi menilai pemerintah Jerman begitu lamban dan tidak tegas mengenai masalah Versailles Treaty. Namun secara khusus, kudeta ini disebabkan adanya dugaan pengkhianatan dalam tubuh Reichswehr (Angkatan Darat Jerman) terhadap Pemerintahan pada perang Dunia I.
53
Dimulai dari sebuah bar yang bernama Burgerbraukeller di Munchen, yang menjadi aktifitas organisasi partai Nazi dengan mengadakan debat politik atau orasi dari Hitler, sampai dengan melakukan longmarch di Munchen pada tanggal 8-9 November 1923 yang dipimpin langsung oleh Hitler. Di dalam tubuh Nazi sendiri terdapat beberapa angkatan militer dan pejabat pemerintahan yang ikut melakuakan kudeta, seperti Hermann Goring, Ernst Hanfstaengl, Ernst Rohm, dan Rudolf Heb. Namun kudeta militer Nazi tersebut dipatahkan oleh prajurit Reichswehr, dan kepolisian Hitler ditangkap, lalu Mahkamah Agung yang dipimpin oleh Heinrich Held memvonis hukuman kurungan penjara 3 tahun, setelah sebelumnya Hitler melakukan kasasi setelah divonis kurungan penjara 5 tahun. Di dalam penjara itulah Hitler menulis buku ini yang kemudian diterbitkan oleh Verlag.

Buku ini merupakan gabungan dari autobiografi dengan eksposisi ideologi politik Hitler. Buku ini pernah diedit dan diubah-ubah isinya menjadi negatif oleh Bernhard Stempfle, seorang biarawan yang akhirnya tewas dibunuh oleh Pemerintah Nazi. Beberapa bab halaman buku ini memang merupakan propaganda Hitler dan terdapat beberapa kalimat yang cukup vulgar, seperti “i” dan “Bajingan-bajingan Eropa”, namun saat ini, kalimat-kalimat vulgar tersebut disensor dengan kalimat yang lebih sopan.

Tanggapan bernada negatif pun sempat bermunculan dari “teman” sesama diktator fasis, yaitu Benito Mussolini, “buku yang tebal segini hanyalah sebuah klise”, namun Hitler tidak peduli. Terlepas dari segala polemik yang kontroversial dari buku ini, sebenarnya Hitler ingin mengungkapkan isi hatinya membangun Jerman dan pendapatnya mengenai Pemerintahan Jerman saat itu. Hitler juga menulis beberapa teori genosida (pemusnahan sebuah ras) yang berhubungan dengan masalah imigran Yahudi di Jerman. Menurutnya orang Yahudi itu tidak lebih dari sebuah benalu yang hinggap dimanapun yang bisa menguntungkannya. Dia mencerita-kan pengalaman bohemia-nya di Munchen dan melihat bahwa masyarakat pribumi hanyalah kacung-kacung Yahudi, sementara Yahudi merupakan kaum borjuis yang disayang Pemerintah. Ketika PD I pecah, mayoritas orang-orang Yahudi menyuarakan anti-Perang dan menolak wajib militer, sehingga membuat geram Hitler sebagai pejuang rakyat Jerman. Lebih parahnya, Pemerintah malah memberi dispensasi wajib militer bagi orang Yahudi, sehingga dari situlah Hitler mencuatkan wacana “intentionalists vs fungsionalists” di publik Jerman.

Hal menarik lainnya dalam buku ini adalah Hitler mempresentasikan kesucian hidup yang sesungguhnya bahwa sebuah bangsa haruslah menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa tersebut, membela tanah air sampai titik nadhir, serta menolak interdependesi dari kaum asing. Pendapat klasik seperti ini kita kenal sebagai dasar pembangunan ideologi nasionalisme. Hitler juga memuji kinerja kaum proletar, para buruh, dan pegawai kasar, bahwa negara tanpa mereka adalah negara tanpa pondasi. Pendapat yang ini merupakan satu bagian dalam tubuh nasionalisme, sehingga dasar dari sebuah negara yang berdaulat adalah konstitusional absolutism dengan sistem pemerintahan yang autokrasi. Paham ini yang dia perkenalkan sebagai nasionalis-sosialisme atau disebut nazisme.

Buku ini mengungkapkan pemikiran polos Hitler untuk Jerman. Jarang ada, bahkan hampir tidak ada, pemimpin yang polos tapi tegas dan keras seperti Hitler (Perawakan Soekarno hampir mirip dengan Hitler). Yaitu seorang yang hanya mencintai rakyatnya, tidak ingin menindas bangsanya dan membangun sendiri negaranya tanpa bantuan pihak asing. Walhasil, buku ini telah membuktikan bahwa Hitler mampu membuat Jerman menjadi negara yang sanggup bermain dengan negara maju di Eropa, baik secara ekonomi, militer, jati diri bangsa, dan kebudayaan dalam kurun waktu hanya 5 tahun saja (1933-1938). [Peserta SOW, Fakultas Ekonomi UIN Jakarta]

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
SOW Community. Diberdayakan oleh Blogger.