RESENSI
Judul buku : Bisnis Orang Sakit
Penulis : Dedi Supratman dan Eko Prasetyo
Penerbit : Resist Book
Tebal :
164 halaman, i-xi,
Cetakan : I, Maret 2010
Oleh: Fayruz Asy Syaathirii
“... Biasanya rumah sakit punya
prosedur tetap: Identitas untuk menjamin. Tak bisa rumah sakit dengan longgar
membiarkan orang miskin sakit, lalu dirawat, lalu diobati dan kemudian
dibiarkan pulang. Orang miskin sakit pantas untuk dicurigai. Bukan curiga apa
penyakitnya melainkan bagaimana mereka akan membayar pengobatannya!”
Dedi dan Eko
kali ini hadir dengan bahasa yang ‘pedas’. Setelah buku Orang Miskin Dilarang
Sakit, kini hadir buku yang (masih) mengkritisi pemerintah soal kebijakan
kesehatan yang memberatkan rakyat miskin. Buku ini menghadirkan fakta-fakta
buram kebijakan anggaran kesehatan di Indonesia, analisis formulasi kebijakan
anggaran kesehatan, dan di akhir buku ini juga dibahas stategi peningkatan
anggaran kesehatan. Bagi negara Kuba, kesehatan berbasih atas pemuliaan
martabat, kesehatan adalah kehormatan dan harga diri bangsa. Miris! Di
Indonesia, kesehatan adalah ladang bisnis dan orang sakit sebagai komoditasnya.
Ongkos untuk
mengobati pasien miskin musti dianalisis dengan detail, rinci dan dipastikan
mereka mampu membayar. Untuk urusan pendaftaran saja orang miskin punya lorong
loket sendiri. Entah itu namanya jaminan kesehatan yang miskin atau asuransi
kesehatan. Dan sialnya lorong itu pasti punya budaya yang sama: Lama,
berbelit-belit dan makan kesabaran. Tapi orang miskin tak boleh mengeluh.
Kesehatan memang berbiaya mahal. Ongkos untuk menjadi dokter sudah mahal dan
begitu juga ongkos untuk melahirkan satu perawat. Maka tak ada orang miskin
yang merasa damai di rumah sakit. Jika tak percaya saksikan bagaimana paras
orang-orang di kelas ekonomi: cemas, sumpek dan khawatir. Antara kesembuhan dan
biaya semuanya tumpang tindih!”
Buku ini menceritakan bobroknya pemerintah dalam mengurus kesehatan rakyat.
Rakyat yang konon katanya menggenggam kedaulatan bangsa. Rakyat miskin yang
harusnya menjadi tanggungan bangsa untuk keberlangsungan hidupnya. semua
menjadi semakin mengiris hati bahwa kenyataannya kepedihan hidup
rakyat miskin akibat permasalahan kesehatan yang dialaminya dijadikan
sebuah ladang mengeruk penghasilan.
Buku ini adalah buku yang padat data, menampilkan banyak sekali data, mulai
dari fakta di pemerintahan hingga sebuah penelitian mengenai kepuasan pelayanan
kesehatan yang penulis lakukan sendiri.hanya saja bahasanya yang sangat lugas
dan cenderung provokatif membuat buku ini pasti menimbulkan meningkatnya
tekkanan darah pembaca yang aktif di beberapa bidang kesehatan.
Dengan mengetahui sejarah kesehatan
Indonesia yang terdapat dalam buku ini, diharapkan para pembaca mampu
mengkritisi pemerintah dalam kebijakan kesehatan. Menjadi masyarakat yang aktif
membela haknya, tidak menjadi rakyat yang dicucuk hidungnya seperti kerbau.